Jumat, 04 Juli 2014

Kimia Lingkungan : Toksikologi lingkungan

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis kerja bidang tertentu. Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.
Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan dari :
1.      Toxicity : deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis zat kimia
2.      Hazard : kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan cidera
3.      Risk : besarnya kemungkinan zat kimia menimbulkan karacunan
4.      Safety : keamanan
  1. Senyawa Kimia Beracun
Toksisitas senyawa kimia didefinisikan sebagai kemampuan senyawa kimia mengakibatkan bahaya terhadap metabolism jaringan makhluk hidup. Racun yang berasal dari zat atau senyawa kimia dapat berada di dalam lingkungan  secara alamiah atau yang sengaja dibuat oleh manusia. Harus diakui bahwa zat kimia beracun kebanyakan berasal dari aktivitas manusia dan meliputi berbagai aspek kehidupan. Senyawa kimia beracun juga dapat hadir di dalam lingkungan secara alamiah. Kehadiran zat kimia beracun alamiah di dalam lingkungan diasumsikan akan selalu konstan,kecuali ditambah oleh aktivitas manusia seperti penambahan logam beracun kedalam lingkungan oleh kegiatan-kegiatan industry dan kemajuan teknologi. Pengaruh kehadiran berbagai jenis zat kimia beracun tersebut di dalam lingkungan mungkin dapat diketahui dengan cepat,akan tetapi pengaru negative pada umumnya baru diketahui setelah masuknya zat kimia tersebut dalam jangka waktu cukup lama.
Kehadiran zat kimia beracun alamiah mungkin dapat semakin meningkat atau bahkan semakin menurun, tergantung kondisi lingkungan. Sebagai contoh, jumlah bakteri dan jamur yang mengkotaminasi makanan saat ini mungkin semakin berkurang sesuai dengan tersedianya peralatan yang dapat menjaga makanan terbebas dari bakteri dan jamur. Akan tetapi perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini juga memungkinkan akan munculnya species baru yang atahan terhadap berbagai kondisi  anti bakteri dan anti jamur baru yang sangat immun terhadap berbagai jenis kondisi dapat meningkatkan jumlah racun alamiah di dalam lingkungan. Beberapa senyawa kimia beracun alamiah dan pengaruh toksiknya terhadapmakhluk hidup yang suda diidentifikasi seperti pada tabeldi bawah ini :
NO
Jenis Racun
Kehadiran di dalam
Pengaruh Toksik
Pasti
Diduga
1
Logam Pb, Hg, As, Sb, Cu, Cr, Mn, Se, Ni.
Air, makanan dan debu atmisfer
Inhibitor enzim, sel racun.
Karsigonenik, Efekneurology.
2
Gas CO, NO2, SO2, SO3.
Sedikit do atmosfer
Iritasi pada paru-paru dan mata
3
Alkaloid, peptide, protein sterol.
Pada sayuran,jumlah besar pada tumbuhan beracun
Efek toksik
4
Bakteri toksin
Di dalam makanan terkontaminasi
Racun
5
Jamur toksin
Di dalammakanan fermentasi
Keracunan hati
Karsinogenik
6
Radioaktif (bukan senyawa)
Di dalam udara, air dan makanan dalam jumlah kecil.
Mutasi
Karsinogenik, leukaemia.
  1. Senyawa Beracun dan Lingkungan
Keracunan yang berasal dari zat atau senyawa kimia sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Misalnya racun yang berasal dari bisa ular, gigitan serangga dan dari tanaman telah lama dikenal sehingga pengetahuan untuk menghindari keracunan atau masuknya racun kedalam tubuh telah menjadi bagian strategi dari makhluk hidup untuk bertahan hidup di dalam lingkungan. Study terhadap racun tanaman untuk bahan obat telah dikembangkan sejak abad ke-19, dan pada saat ini perhatian terhadap bahan kimia beracun ini selalu dihubungkan dengan fenomena polusi lingkungan dan toksikologi. Secara umum jumlah zat kimia yang terdapat di dalam lingkungan  yang berasal dari aktivitas manusia sangat sulit diketahui, namun dari berbagai sumber penggunaan diperkirakan bahwa lingkungan suatu saat akan penuh dengan racun yang berasal dari zat kimia seperti diilustrasikan pada tabel berikut :
Tabel. Perkiraan zat kimia yang diperkenalkan ke lingkungan dalam berbagai jenis sumber
Pengguna zat kimia
Diperkirakan
Julmah
Zat kimia yang sudah diketahui dan diidentifikasi
Tahun 1997
>5 juta
Tahun 1985
>7 juta
Tahun 1994
>13 juta
Zat kimia baru yang ditemukan setiap tahun
>600.000
Zat kimia baru yang diperdagangkan setiap tahun
>1.000
Jumlah pestisida yang diproduksi
>2.000
Jumlah obat yang dipergunakan
>5.000
Jumlah aditif makanan yang dipergunakan
>7.000
Jumlah zat kimia yang umum dipergunakan
>50.000
Jumlah polutan yang mencemari lingkungan
Tidak diketahui
  1. Pengaruh Racun Zat Kimia
Setiap orang yang berhubungan dengan zat kimia harus membuat anggap sama seperti Paracelsus, yaitu bahwa semua zat kimia beracun apabila tidak ditangani dengan baik maka dengan sendirinya akan memberika efek racun dan potensi bahaya terhadap makhluk hidup dan lingkungannya.  Masuknya racun ke dalam tubuh makhluk hidup dapat melalui berbagai cara seperti melalui absirbsi, tertelan melalui mulut, terhirup dan lain-lain. Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui absorpsi, distribusi dan ekskresi pada paru-paru (pernapasan/inhalasi), kulit (topikal), pencernaan (ingesti) dan injeksi.
1.      Absorpsi
Bahan toksik akan diserap oleh tubuh melalui paru-paru, kulit dan saluran pencernaan kemudian masuk ke dalam aliran darah dan sistem kelenjar getah bening. Bahan toksik tersebut kemudian diangkut ke seluruh tubuh. Selain berbahaya tanpa diabsorbsi, bahan toksik tersebut tajam dan menyebabkan karat (korosif) yang bereaksi pada titik singgungnya.
a. Via paru-paru
Faktor yang berpengaruh pada absorpsi bahan toksik dalam sistem pernapasan adalah bentuk bahan misalnya gas dan uap; aeroso; dan ukuran partikel; zat yang terlarut dalam lemak dan air. Paru-paru dapat mengabsorbsi bahan toksik dalam jumlah besar karena area permukaan yang luas dan aliran darah yang cepat.
b. Via kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan terluar), dermis (lapisan tengah) dan hypodermis (lapisan paling dalam). Epidermis dan dermis berisi keringat, kantung minyak dan akar rambut. Bahan toksik paling banyak terabsorbsi melalui lapisan epidermis. Absorbsi bahan toksik melalui epidermis tergantung pada kondisi kulit, ketipisan kulit, kelarutannya dalam air dan aliran darah pada titik singgung. Akibat bahan toksik antara lain pengikisan atau pertukaran lemak pada kulit yang terekspos dengan bahan alkali atau asam dan pengurangan pertahanan epidermis.
c. Via saluran pencernaan
Absorbsi bahan toksik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan (gastro-intestinal tract). Faktor yang mempengaruhi terjadinya absorbsi adalah sifak kimia dan fisik bahan tersebut serta karakteristiknya seperti tingkat keasaman atau kebasaan.
2.      Distribusi
Setelah absorbsi bahan toksik terjadi, maka bahan tersebut didistribusikan ke seluruh tubuh melalui darah, kelanjar getah bening atau cairan tubuh yang lain oleh darah. Distribusi bahan beracun tersebut :
 Disimpan dalam tubuh pada hati, tulang dan lemak-
- Dikeluarkan melalui feses, urine atau pernapasan Mengalami biotransformasi- atau metabolisme dimana bentuk akhirnya lebih siap dikeluarkan
3.      Ekskresi
Ekskresi bahan toksik dapat terjadi melalui hembusan udara atau pernapasan, dan dari sekresi melalui keringat, air susu, feses dan urine. Toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal, sebagai metabolit dan atau konjugat.
a.          Ekskresi urin
Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa dengan mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir metabolisme faali, yaitu dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan sekresi tubuler.
b.         Ekskresi empedu
Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi toksikan, terutama untuk senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation), konjugat yang terikat pada protein plasma, dan senyawa yang BM-nya lebih besar dari 300. Pada umumnya begitu senyawa ini berada dalam emped, senyawa ini tidak akan diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses. Tetapi ada pengecualian, misalnya konugat glukuronoid yang dapat dihidrolisis oleh flora usus menjadi toksikan bebas yang diserap kembali.
c. Paru-paru
Zat yang berbentuk gas pada suhu badan terutama diekskresikan lewat paru-paru. Cairan yang mudah menguap juga dengan mudah keluar lewat udara ekspirasi. Cairan yang mudah larut misalnya kloroform dan halotan mungkin diekskresikan sangat lambat karena ditimbun dalam jaringan lemak dan karena terbatasnya volume ventilasi. Ekskresi toksikan melalui paru-paru terjadi karena difusi sederhana lewat membran sel.
d. Jalur lain
Saluran cerna bukan jalur utama ekskresi toksikan. Oleh karena lambung dan usus manusia masing-masing mesekresi kurang lebih tiga liter cairan setiap hari, maka beberapa toksikan dikeluarkan bersama cairan tersebut. Hal ini terjadi terutama lewat difusi sehingga lajunya bergantung pada pKa toksikan dan pH lambung dan usus. Ekskresi toksikan lewat air susu ibu (ASI), ditinjau dari sudut toksikologi amat penting karena lewat air susu ibu ini racun terbawa dari ibu kepada bayi yang disusuinya. Ekskresi ini terjadi melalui difusi sederhana. Oleh karena itu seorang ibu yang sedang menyusui harus berhati-hati dalam hal makanan terutama kalau sedang mengkonsumsi obat.
Racun yang berasal dari zat kimia umumnya mempunyai pengaruh local dan sistematik. Pengaruh local adalah pengaruh zat kimia secara local (daerah tertentu) yang diakibatkan oleh adanya kontak langsung zat kimia dengan objek (bagian tubuh makhluk hidup),misalnya kebakaran kulit oleh kehadiran asam kuat atau basa kuat. Sedangkan pengaruh sistematik adalah pengaruh yang diakibatkan oleh zat kimia yang menyebar ke berbagai bagian tubuh maikhluk hidup yang disebabkan oleh absorbsi zat kimia ke dalam bagian tubuh, misalnya pengaruh keracunan yang disebabkan oleh masuknya merkuri atau timbale ke dalam tubuh yang dapat mempengaruhi berbagai jenis target di dalam tubuh makhluk hidup dan manusia.
Pengaruh sistematik dapat berupa pengaruh akut dan pengaruh kronik. Pengaruh akut adalah keracunan yng berlangsung sangat cepat oleh kehadiran zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup, sedangkan pengaruh kronik adalah keracunan yang berlangsung sangat lambat oleh kehadirn zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup dan pengaruh ini baru diketahui setelah dalam jangka waktu yang cukup lama. Pengaruh akut sangat mudah mudah dikenali karena kehadiran zat kima ke dalam tubuh akan langsung memberikan dampak negative berupa luka, terbakar, sakit, atau gejala lainnya yang berlangsung sangat cepat. Akan tetapi pengaruh kronik sangat sulit untuk dikenali karena berlangsungnya lambat, yaitu meembutuhkan waktu yang lamamulai dari masuknya zat kedalam tubuh sampai terjadinya gejala penyakit dan sakit yang diakibatkan oleh racun tersebut.
Sebagai contoh, pengaruh sistematik akut dapat dilihat  melalui perbandingan pengaruh beberapa zat kimia yang masuk ke dalam tubuh  manusia,yaitu masuknya sianida ke dalamtubuh dapat mengakibatkan kematian hanya beberap detik saja, masuknya gas CO pada konsentrasi tertentu akan dapat mengakibatkan  kematian dalam beberapa menit. Sedangkan kehadiran zat kimia lain seperti parathion ke dalam tubuh akan dapat mrngakibatkan kematian setelah beberapa jam, sementaran konsumsi thalium akan mengakibatkan kematian setelah beberapa hari. Keracunan sistematik yang akut dapat juga tidak diprngsruhi fatal terhadap makhluk hidup karena hanya memberikan luka pada bagian organ tubuh. Selain jenis zat kimia, pengaruh akut zat kmia ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi zat kimia yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada dosis yang aman maka makhluk hidup akan terhindar dari keracunan, sementara pada dosis diluar ambang batas akan mengakibatkan efek racun.
  1. Ukuran Toksisitas Zat Kimia
Untuk menyatakan ukuran daya racun suatu zat kimia, maka perlu diketahui ukuran-ukuran toksisitas untuk zat kimia. Saecara internasional, ukuran toksisita zat kimia dapat dinyatakan dalam berbagai cara seperti lethal dose 50 % (LOD50), fatal dose, letal oral dose 50% (LOD50) , dan threshold limit  values (TLV). Untuk memberi gambaran tentang pengukuran toksisitas zat kimia maka berikut ini dijelaskan secara singkat ukuran toksisitas zat kimia dan cara penentuannya.
1.      Lethal Dose 50% (LD50)
Lethal dose 50% (LD50) yaitu disis zat kimia yang akan membunuh sebanyak 50% dari populasi yang dapat kontak langsung  dengan zatb kimia yang dicobakan. Ukuran LD50 adalah berdasarkan berat tubuh dan dinyatakan dalm bentuk unit mg/kg (milligram racun per kilogram berat badan makhluk hidup).  Beberapa kelemahan dari ukuran LD50 adalah ditemukan kenyataan bahwa besar LD50 masih tergantung  pada jenis species makhluk hidup yang menjadi objek percobaan. Dengan demikian ukuran LD50 untuk tikus akan berbeda dari ukuran LD50 untuk kelinci atau binatang pengerat yang lainnya. Namun demikian ukuran LD50 digunakan sebagai perbandingan umum tentang potensi racun yang dimiliki oleh zat kimia terhadap makhluk hidup sehingga manusia dapat menghindarkan bahaya yang disebabkan oleh daya racun yang dimiliki oleh zat kimia. Ukuran LD50 dapat juga disebut sebagai LD50 rendah atau LD50 tinggi, yaitu berbagai untuk menggambarkan potensi rendah dan tingginya daya racun suatu zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup, sehingga informasi LD50 yang dimiliki zat kimia tersebut. Beberapa contoh LD50 dari beberapa senyawa kimia yang sering ditemukan di dalam lingkungan diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel. Besaran LD50 beberapa senyawa kimia terhadap makhluk hidup
LD50 (mg/kg)
Nama senyawa alamiah
Nama senyawa sintetik
>10.000.000
1000
100
1
10-2
10-5
Gula pasir
Garam, etanol, phyretrin
Kafein
Nikotin
Bisa ular
Tetanus
-
Malathion, glyphospate, aspirin
DDT, codeine, paracetamol
Strychnine
-
-
Penentuan LD50 dapat dilakukan dengan membuat perlakuan terhadap sekelompok hewan percobaan seperti tikus, kelinci dan hewan lain dengan memberikan dosis zat kimia bervariasi (perkalian) misalnya 1x, 2x, 4x, 8x dan seterusnya 9mg zat kimia per kg berat badan), dan sebagai control dibuat sekelompok  hewan yang tidak  diberikan zat kimia.
2.      Dosis Fatal
Dosis fatal (fatal dose) adalah jumlah zat kimia (mg) yang diperkirkirakan akan dapat membunuh satu species,misalnya tikus, kelinci, hewan atau manusia. Dosis fatal dibuat berdasarkan jenis species dan individu makhluk hidup dengan melihat kenyataan bahwa masing-masing makhluk hidup akan memiliki system fisiologi yang berbeda terhadap racun zat kimia, sehingga penentuan ukuran toksisitas zat kimia juga sulit dibuat akurat. Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa species makhluk hidup akan memberikan respon bervariasi terhadap zat kimia, yaitu ada makhluk hidup yang sensitive terhadap zat kimia tertentu dan ada juga makhluk hidup yang memiliki kekebalan terhadap zat kimia yang sama, bahkan zat kimia tersebut tidak memberikan efek  pada  system fisiologi tubuhnya.
3.      Lethal Oral Dose (LOD50)
LOD50 adalah toksisitas zat kimia dapat juga diukur dengan cara memberikan zat kimia melalui oral kepada makhluk hidup. Pengukuran toksisitas secara LOD50 hampir sama dengan LD50, bedanya adalah dalam hal masuknya zat kimia tersebut kedalam tubuh makhluk hidup melalui mulut. Besarnya LD50 dan LOD50 pada species makhluk hidup dapat dibandingkan sehingga ukuran LOD50 yang diperoleh pada makhluk hidup tertentu langsung dianggap sebagai LD50, dan berlaku sebaliknya. Ukuran LD50 dan  LOD50 zat kimia tertentu terhadap makhluk hidup juga dapat bervariasi dalam species yang sama atau species yang berbeda.
Tabel. Ukuran toksisitas beberapa senyawa kimia berdasarkan LD50 dan dosis fatal
Tingkat toksisitas
LDD50
Dosis Fatal
Contoh Senyawa
6 (super beracun)
5 (sangat sangat beracun)
4 (sangat bercun)
3 (beracun)
2 (sedikit beracun)
1 (tidak  beracun)
<5 mg/kg
5-50 mg/kg
50-500 mg/kg
500-5000 mg/kg
5-15 g/kg
>15 g/kg
Few drops
0.3 – 3.0 g
3 – 30 g
30 – 300 g
>300 g
>1 kg
Sianida
Timbale
Phenol
Methanol
Ethanol
Foods
4.      Threshold Limit Values (TLV)
TLV adalah ukuran rata-rata maksimum kadar (ppm) senyawa kimia yang aman dari keracunan zat kimia di atmosfer  yang dapat masuk kedalam tubuh manusia selama 8 jam berturut-turut dalam  satu hari kerja. Dalam hal ini diperoleh kepastian bahwa dengan harga TLV zat kimia tertentu bahwa setiap orang yang bekerja selam 8 jam dalam sehari dan berhubungan dengan zat kimia tersebut diharapkan tidak akan menderita suatu penyakit, dengan kata lain pekerja kesehatannya akan aman bila berhubungan dengan zat kimia tersebut. Pengukuran TLV biasanya dilakukan di lingkungan kerja industry, akan tetapi pengukuran ini juga dapat diterapkan terhadap kondisi lingkungan. American Conference of Governmental Industrial Hygeniests (ACGIH) membagi TLV berdasarkan lingkungan kerja seperti berikut :
a.    Threshold Limit Value-Time Weighted Average (TLV-TWA)
Yaitu, konsentrasi yang aman diperbolehkan untuk dihirup pekerja selama 8 jam berturut-turut selama seminggu atau 40 jam selama satu minggu.
b.   Threshold Limit Value-Ceiling (TLV-C)
Yaitu konsentrasi zat kimia tertentu yang tidak dapat melebihi pada langit-langit, dan dibuat sebagai batas absolute yang aman bagi pekerja di dalam ruangan .
c.    Threshold Limit Value-Short-Term Exposure Limit (TLV-STEL)
Yaitu konsentrasi zat kimia maksimum yang diperbolehkan dihirupoleh pekerja dalam jangka waktu sangat singkat 15 menit berturut-turut selama satu hari, dimana setiap pekerja tidak akan mengalami bahayanya seperti iritasi, luka atau pingsan oleh zat kimia tersebut.
5.      Ukuran Toksisitas Lain pada MSDS
Ukuran toksisitas zat lain yang harus disertakan pada material safety data sheet (MSDS) oleh pabrik kimia yang diperdagangkan adalah :
a.       Lethal Consentration 50 (LC50)
Yaitu konsentrasi zat kimia di udara berdasarkan percobaan laboratorium yang diduga akan membunuh 50% hewan percobaan bila dihirup pada jangka waktu periode tertentu.
b.      Lethal Consentration Low (LC LO)
Yaitu menyatakan konsentrasi terrendah zat kimia di udara yang dapat membunuh manusia atau binatang bila dihirup selama periode tertentu, misalnya 24 sebagai senywa akut atau lebih sebagai subakut dan kronik.
c.       Toxic Consentration Low (TCLO)
Yaitu konsentrasi terrendah zat kimia tertentu di udara yang dapat dijangkau oleh manusia dan binatang yang dapat menimbulkan efek racun atau dapat mengakibatkan tumor pada manusia dan hewan.
d.      Toxic Dose Low (TDLO)
Yaitu dosis tereandah senyawa kimia tertentu yang masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan pada jangka waktu tertentu akan memberikan efek racun atau menimbulkan tumor dan menggangguketurunan pada manusia dan hewan.
  1. Pengaruh Toksisitas Sistemik Kronik
Pengaruh toksisitas sistematik kronik adalah pengaruh racun yang diakibatkan oleh kehadiran zat kimia dalam jumlah kecil dalam jangka waktu yang cukup lama. Gejala yang ditimbulkan dari racun yang bersifat kronik ini baru timbul setelah berlangsung dalam jangka waktu yang relative lama. Misalnya beberapa tahun setelah kontak atau mengkonsumsi zat kimia tersebut, sehingga sering kali dalam diagnosisnya nama zat kimia yang menjadi penyebabnya sulit ditelusuri. Beberapa senyawa yang mempunyai efek kronik digolongkan sebagai senyawa karsinogenik, mutagenic, teratogenik dan sensitisers.
1.      Karsinogenik
Karsinogenik adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan penyakit kanker. Senyawa karsinogenik diklasifikasikan  sebagai berikut :
a.       Karsinogenik Tipe I
Yaitu senyawa kimia yang sudah pasti diketahui menyebabkan kanker pada manusia, misalnya asbestos, senyawa aromatis.
b.      Karsinogenik Tipe II,
Yaitu senyawa kimia yang diketahui sudah pasti menyebabkan kanker kepada hewan dan diduga akan mengakibatkan kanker pada manusia, misalnya formaldehida.
c.       Karsinogenik Tipe III
Yaitu senyawa kimia yang perlu dipertimbangkan dan diduga memiliki potensi akan mengakibatkan kanker akan tetapi belum cukup data untuk meyakinkannya,misalnya kloroform.
2.       Mutagenic
Mutagenic adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan perubahan kimia bahan genetic (DNA) di dalaminti sel (nucleus). Efek mutagenic mungkin tidak atau belum nyata terlihat kepada individu yang terkena senyawa mutagenic tersebut, akan tetapi perubahan DNA (mutasi) akan dapat mengakibatkan pengaruh terhadap generasi berikutnya, misalnya terjadinya cacat lahir atau penyakit genetic lainnya pada keturunan pertama atau generasi berikutnya.
3.      Terotogenik
Terotogenik adalah senyawa kimia yang dapat merusak janin yang mengakibatkan kelainan (cacat lahir). Beberapa senyawa yang diduga memiliki efek teratogenik di dalam lingkungan diantaranya adalah senyawa dioksin yang dihasilkan dari pembakaran sampah, senyawa organic merkuri yang terbentuk dari limbah merkuri, dan karbon monoksida yang dihasilkan dari mesin industry  dan kenderaan bermotor.
4.      Sensitizer
Sensitizer adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan alergi terhadap individu tertentu namun keberadaan senyawa itu ditoleransi oleh sebagian besar populasi di dalamlingkungannya. Contoh dari efek sensitizer adalah terjadinya gejala berupa gatal-gatal, asma, sakit kepala, atau bahkan ada yang pingsanoleh kehadiran senyawa penisilin atau racun di dalam tubuh. Beberapa senyawa lain yang dapat dikategorikan sebagai senyawa sensitizer adalah formaldehida (HCHO) yang terdapat di dalam plastic, kertas dan lem. Senyawa lain seperti isosianat yang terdapat di dalam cat, pelingkut dan produk busa plastic juga dikategorikan sebagai senyawa sensitizer.
  1. Identifikasi Senyawa Beracun
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi zat beracun dan karsinogenik adalah melalui struktur kimia. Harus diakui bahwa sangat sulit untuk memastikan apakah suatu senyawa kimia bersifat racun, karsinogenik atau bahkan tidak memberika efek. Ada pedoman umum yang dibuat melalui pengelompokan zat kimia sebagai berikut :
1.      Senyawa Beracun Akut
Yaitu hampir semua senyawa halogen beracun seperti brom,klor, flor dan iodium. Senyawa sianida dan nitril (golongan –CN) bersifat racun aktif seperti hydrogen sianida, hydrogen sulfide, dan nitrogen dioksida bersifat racun akut.
2.      Senyawa Beracun Kronis
Yaitu hampir semua logam berat seperti arsen, cadmium, merkuri diketahui bersifat racun kronis. Golongan senyawa lain seperti  vynil klorida,  dan asbestos bersifat racun kronis.
3.      Senyawa Karsinogen
Yaitu hampir semua senyawa alkil seperti alfa-halo-eter, sulfonat, epoksida, elektrofil alkena dan alkuna, semua senyawa organohalogen, hidrazin, N-nitroso, amina aromatic, hidrokarbon aromatic, dan banyak senyawa alamiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar