Apa itu jurusan Teknik Lingkungan ?
Halo pembaca!
Artikel ini saya buat berdasarkan pengalaman saya tentang beberapa orang yang membuat salah penafsiran tentang jurusan teknik lingkungan.
Apa sih jurusan teknik lingkungan? Kok banyak ceweknya sih? Mirip sama jurusan kesehatan masyarakat ya? Banyak biologinya?
Nah, pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang seharusnya dijawab dengan benar. Semoga setelah membaca artikel ini pembaca dapat memahami seperti apa jurusan teknik lingkungan yang sesungguhnya.
Teknik Lingkungan merupakan salah satu cabang ilmu keteknikan yang memanfaatkan prinsip-prinsip dan praktek-praktek rekayasa serta manajemen untuk memelihara dan melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, serta lingkungan yang terdiri dari air, tanah, udara, secara keseluruhan. Perekayasaan disini maksudnya adalah merekayasa alat-alat dan metoda yang digunakan untuk meminimalisir efek negatif limbah (baik dari industri maupun rumah tangga) terhadap lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat.
Saya sudah melewati dua semester di jurusan teknik lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat. Pada awalnya, saya sama seperti kebanyakan orang lainnya, tidak memahami seperti apa itu jurusan teknik lingkungan. Saya pikir jurusan yang mengusung nama ‘lingkungan’, seperti isu-isu yang selalu jadi topik hangat dimana-mana itu, adalah jurusan yang mempelajari bagaimana caranya agar kerusakan lingkungan bisa diminimalisir (dan yang saya ketahui pada saat itu ya, global warming). Ternyata, apa yang saya pikir ya, memang benar. Namun jurusan teknik lingkungan tidak sesempit itu. Ada banyak topik yang dipelajari oleh orang yang berstatus mahasiswa jurusan teknik lingkungan.
Teknik lingkungan pada awalnya bernama ‘Teknik Penyehatan’, lalu berganti nama menjadi Teknik Lingkungan. Institusi yang pertama kali mengadakan jurusan teknik lingkungan di kampusnya adalah ITB. Makannya ITB disebut-sebut punya jurusan teknik lingkungan terbaik se-Indonesia. Tapi tidak hanya itu, ada juga STTL (Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan) di Jogja, adalah sekolah tinggi ilmu teknik lingkungan pertama di Indonesia. Lalu ada ITS, UNDIP, UI, Bakrie, Universitas Pasundan, UII Jogja,UNLAM dan lain-lain. Ada juga Ilmu dan Teknologi Lingkungan di UNAIR, silabusnya tidak jauh berbeda dengan Teknik Lingkungan dan 60% kurikulumnya disesuaikan dengan silabus jurusan teknik lingkungan se-Indonesia. Namun jurusan ini berada di bawah departemen Biologi.
Jurusan Teknik Lingkungan sendiri kini berada di bawah Fakultas Teknik, di beberapa institusi jurusan ini diletakkan dibawah departemen Teknik Sipil dan Perencanaan, jadi jurusan teknik lingkungan memang berkaitan erat dengan jurusan teknik sipil (terutama dalam teknik peracangan fasilitas, seperti ilmu ukur tanah, perhitungan beban beton, mekanika fluida, dsb), dan jurusan teknik planologi (terutama dalam teknik perancangan fasilitas kota, seperti pengaturan tata letak fasilitas kota, peta administrasi daerah, data statistik dan kependudukan, peraturan perancangan fasilitas kota dari Kementrian PU, dsb). Kadang jurusan teknik lingkungan juga berkaitan dengan jurusan teknik kimia (dalam hal pengolahan limbah, seperti pengomposan, alat pengelolaan dan pengolahan sampah atau limbah)
Pada dasarnya, ilmu-ilmu yang dipelajari di jurusan teknik lingkungan sangat berkaitan erat dengan kesehatan. Singkatnya, di teknik lingkungan, mahasiswa akan belajar bagaimana caranya untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan lingkungan dengan pendekatan teknik. Jadi, ibaratnya ilmu-ilmu jurusan teknik lingkungan ini adalah ‘perisai’ bagi kesehatan masyarakat, sedangkan ilmu-ilmu jurusan kedokteran/keperawatan adalah ‘obat’ bagi kesehatan masyarakat. Serunya, hampir semua industri membutuhkan ilmu teknik lingkungan, apalagi sekarang peraturan perundang-undangan tentang lingkungan semakin diperketat. Bahkan institusi pemerintahan pun banyak membutuhkan lulusan teknik lingkungan. Nah, apa saja yang bakal dipelajari oleh mahasiswa teknik lingkungan? Berikut ini infonya,
1. Belajar Pencegahan Produksi Limbah
Limbah diproduksi dari kegiatan produksi, seperti sisa-sisa bahan bakar, sisa bahan baku, dan hasil produksi yang gagal. Di teknik lingkungan, dipelajari bagaimana caranya meminimisasi produksi limbah dan memaksimalkan kualitas produk. Caranya, mulai dari pembuatan chart atau diagram alir tentang kegiatan dan bahan apa saja yang digunakan dalam proses produksi, beserta jumlah dan dampaknya bagi proses produksi dan lingkungan. Dari diagram itu dianalisa aspek apa yang dapat dirubah agar produksi limbah berkurang. Bisa juga dengan menganalisis limbah apa saja yang masih bisa dijadikan bahan baku produksi, sehingga jumlah limbah berkurang.
2. Belajar Pengelolaan Limbah
Limbah yang dihasilkan, tidak bisa langsung dibuang begitu saja. Limbah harus dikelola dengan baik. Dikelola disini maksudnya, diletakkan di wadah yang sesuai (dengan karateristik bak yang aman dan tidak akan rusak dan merusak lingkungan bila dituangkan limbah ke dalamnya), peletakan wadah harus ditempat yang sesuai (maksudnya tidak akan mengganggu jalannya proses produksi), pengangkutan dan pengaliran limbah harus sesuai dan tepat (maksudnya dialirkan dengan media yang baik dan tidak mudah rusak jika kontak dengan limbah korosif), manajemen pengelolaan limbah harus baik (meliputi pada jam berapa limbah dikelola, berapa jumlah pekerja, dsb). Pengelolaan limbah hanya sebatas waktu dimana saat limbah selesai diproduksi sampai waktu dimana saat limbah harus diolah, dan waktu dimana saat limbah harus dibuang.
3. Belajar Proses Pengolahan Limbah
Sampah ada untuk dibuang. Eitts, buat mahasiswa teknik lingkungan itu adalah pemikiran yang sangat kuno. Sebelum dibuang, limbah atau sampah harus diolah terlebih dahulu. Terutama sampah dan limbah hasil produksi suatu industri. Kenapa diutamakan dari industri? Umumnya limbah industri lebih berbahaya daripada limbah domestik (rumahan) yang umumnya hanya sampah sisa sayur, bungkus makanan, dan kotoran manusia. Limbah industri berbahaya karena kandungannya yang memiliki nilai resiko tinggi apabila dibuang langsung ke lingkungan. Misalnya, limbah dari industri pembuatan batu baterai mengandung bahan kimia beracun (asam sulfat), kalau dibuang langsung ke sungai dampaknya bisa membahayakan komposisi didalamnya, seperti kualitas air. Apabila airnya digunakan sebagai sumber irigasi, bisa membahayakan kualitas tanaman dan tanah yang terkena aliran air tersebut. Seperti pada kasus Minamata di Jepang, karena air sungai yang terkontaminasi Raksa. Coba saja di googling.
Di bagian ini, mahasiswa akan belajar banyaaaak sekali alat-alat yang biasa digunakan oleh industri baik dalam maupun luar negeri untuk mengolah limbah sesuai dengan karateristik limbah yang dihasilkan. Tidak hanya itu, kita juga akan belajar bagaimana mendesain alat dan unit pengolahan limbah tersebut, untuk menghasilkan limbah yang aman dibuang ke sungai.
4. Belajar Mengolah Air
Mungkin teman-teman pernah mengetahui tentang sistem pengolahan air sederhana yang menggunakan ijuk dan krikil? Nah, di jurusan teknik lingkungan hal itu akan dipelajari lebih lanjut. Air yang kita konsumsi sehari-hari dari kemasan botolan atau PDAM pasti telah melalui proses pengolahan yang paaaaanjang. Sumber air apa yang akan dipilih pun dipertimbangkan, mulai dari kandungan Fe, Mg, Mn, Ca, dsb di dalam air tersebut, kandungan oksigen terlarut, kandungan patogen didalamnya, kekeruhan air, kesadahan air, hingga kandungan garam dalam air. Semuanya diteliti hingga didapat angka-angka yang kongkrit. Umumnya sumber air yang dipilih adalah air tawar, seperti air sungai. Kenapa? Karena air tawar lebih mudah untuk diolah dan kadar garamnya sangat rendah.
Nah, setelah dipilih sumber air yang tepat, mulailah proses mendesain bangunan pengolahan air. Eits, apa itu? Bagi teman-teman yang ingin bekerja di PDAM ilmu ini sangat penting lho. Bangunan pengolah air adalah sebuah bangunan dalam satu komplek, dimana terdapat unit dan alat untuk mengolah air dari air yang tidak layak minum, menjadi air yang layak minum, atau minimal dapat dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari.
Ada banyak unit yang dipelajari, misalnya seperti unit penyaringan, koagulasi (pembubuhan aluminium sulfat untuk mengikat koloid atau partikel kecil), flokulasi (pengadukan air untuk mengoptimalkan pengikatan koloid), sedimentasi (pengendapan partikel koloid), filtrasi (penyaringan air dengan pasir dan kerikil), aerasi (penambahan oksigen ke dalam air dan pengurangan kandungan Fe), desinfeksi (pemberian desinfeksi untuk membunuh patogen).
Sebenarnya unit-unit ini juga ada beberapa di rumah sakit dan hotel. Namun unit yang ada dalam ukuran yang kecil dan portable karena kebutuhan airnya yang lebih sedikit dibandingkan PDAM yang harus mengolah air untuk dikonsumsi jutaan orang.
Setelah air bersih selesai diolah, air-air tersebut kemudian dialirkan sampai ke rumah warga. Nah, ini juga butuh ilmu khusus, namanya Sistem Penyediaan Air Minum. Berapa panjang pipa yang dibutuhkan, berapa jumlah belokan yang ada, berapa jumlah rumah yang butuh pelayanan, berapa debit air setiap harinya, berapa diameter pipa yang dibutuhkan, berapa jumlah sambungan pipa yang dibutuhkan, hingga berapa uang yang dikeluarkan, semua dihitung serinci-rincinga bahkan perlu dibuat skenario pengalirannya dengan software khusus.
5. Belajar Merancang TPA
Eh, TPA? Tempat Pembuangan Akhir? Yup, nama yang tidak asing didengar mungkin adalah ‘Bantar Gebang’, sebuah TPA maha besar yang ada di bilangan kota Bekasi. Mahasiswa teknik lingkungan harus belajar untuk membuat TPA. Tempat pembuangan sampah tidak boleh sembarangan loh, harus baik, benar, dan tidak membahayakan lingkungan. Banyak metode-metode khusus yang dipelajari dalam perancangan TPA. Misalnya, seperti di Amerika, sampah ditimbun dalam tanah yang telah dilapisi lapisan waterproof, lalu tanah timbunan ditanami rumput atau tanaman lain hingga menjadi bukit. Bukit ini bisa menjadi sarana rekreasi edukatif. TPA semacam inilah yang sebenarnya diharapkan oleh pemerintah untuk diwujudkan.
Di TPA sendiri juga ada pengolahan dan pengelolaannya. Sampah-sampah yang telah dihasilkan dikelola, dipilah, dan dicacah. Setelah itu diolah dengan treatment khusus sesuai dengan karateristik sampah. Misalnya, sampah organik bisa diolah agar dihasilkan gas metana. Gas metana ini kemudian bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar atau bahan kompor gas. Bisa juga pengolahan sampah menjadi pupuk. Pupuk bisa dijual kembali ke masyarakat. Artinya, sampah tidak terus menumpuk tetapi juga bisa dimanfaatkan kembali.
Dalam perancangan TPA juga diperhitungkan lho, lama waktu penguraian sampah. Jadi, desain pengelolaan dan pengolahannya juga diperhitungkan.
6. Belajar Merancang Sistem Plumbing
Plumbing, apaan tuh? Sistem plumbing secara umum adalah sistem perpipaan. Dalam sistem itu meliputi reservoir (tandon air), pompa, pipa, water closet, urinoir, lavatory (wastafel), faucet (kran air), shower, floor drain (saluran air buangan di kamar mandi), hingga septic tank. Utilitas semacam itu tidak sembarangan didesain loh. Perlu perhitungan dan perancangan yang baik, mulai dari berapa jumlah air yang dibutuhkan dalam suatu rumah atau gedung tersebut, berapa ukuran tandon yang dibutuhkan, berapa panjang dan diameter pipa yang dibutuhkan, berapa daya pompa, berapa banyak water closet, urinoir, wastafel, faucet yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan, hingga berapa ukuran septic tank berdasarkan rentang waktu pengurasan dan kebutuhan.
Belajar sistem plumbing tidak hanya itu, dalam sistem ini juga dipelajari bagaimana mengalirkan air kotor yang berasal dari kamar mandi. Misalnya, air kotor yang mengalir dari water closet dan urinoir harus dialirkan ke septic tank karena buangannya berupa black water (air yang tidak bisa digunakan lagi), sedangkan air kotor yang mengalir dari floor drain harus dialirkan ke drainase (got) karena buangannya berupa grey water (ada kemungkinan bisa diolah dan digunakan lagi).
7. Belajar Merancang Sistem Drainase
Drainase adalah bahasa kerennya saluran air, atau biasan kita sebut ‘got’. Drainase dirancang untuk mengalirkan air hujan, jadi seharusnya memang tidak boleh membuang sampah ke drainase, akibatnya malah banjir. Padahal drainase dibuat untuk menghindari banjir dengan cara menjadi media atau wadah mengalirkan air hujan yang jatuh ke badan jalan atau permukaan tanah.
Perancangan drainase didasarkan besarnya curah hujan pada daerah tersebut, luas area yang dilayani, dan tata guna lahan area tersebut. jadi, sebenarnya ukuran, panjang, dan dimensi drainase tidak dirancang sembarang loh.
8. Belajar Hukum Lingkungan
Kata siapa pelajaran hukum cuma dipelajari oleh mahasiswa jurusan hukum? Mahasiswa teknik lingkungan juga belajar hukum lho, khususnya hukum lingkungan. Indonesia, melalui Departemen Lingkungan Hidup mengeluarkan undang-undang tentang lingkungan, batasan pembuangan limbah, dan standar baku mutu limbah yang bisa dibuang langsung ke lingkungan
9. Belajar Sistem Manajemen Keselaman, Kesehatan Kerja (SMK3)
Ini juga sebenarnya dipelajari di jurusan kesehatan masyarakat loh, dan mahasiswa teknik lingkungan juga mempelajarinya. Makannya dalam dunia pekerjaan lulusan teknik lingkungan seringkali masuk ke bagian HSE (Health, Safety, and Environment). SMK3 adalah sistem yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam kerja dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan. Karena tahu tidak, dampaknya bila seorang pekerja mengalami kecelakaan dalam kerja akibat kelalaian dan kecerobohan, bukan hanya uang yang harus dikeluarkan si perusahaan untuk membiayai, namun juga dampak kekurangan tenaga kerja (apalagi kalau si korban memegang peran penting), kerusakan jaringan komunikasi antar tenaga kerja, terhambatnya waktu produksi, dan berbagai dampak jangka panjang lainnya yang merugikan pihak korban dan perusahaan.
Teman-teman pernah melihat pekerja kontraktor memakai topi lapangan dan sepatu lapangan? Nah itu adalah salah satu bagian dari prosedur SMK3. Lambang SMK3 sendiri adalah tanda “+” dan lambang gerigi berwarna hijau. Ada yang pernah melihat?
———————-
Itulah yang dipelajari ketika menjadi mahasiswa teknik lingkungan. Penjabaran diatas adalah gambaran umumnya saja. Sedangkan detail pelajaran apa saja yang dipelajari oleh mahasiswa teknik lingkungan, setiap universitas memiliki kurikulumnya masing-masing, namun pada dasarnya semuanya sama. Oh ya, di jurusan teknik lingkungan, tidak hanya pelajaran dasar Fisika dan Matematika saja yang berperan penting, namun juga Geografi, Kimia, Biologi, Sosiologi, dan Ekonomi. Walau semuanya tidak dipejari secara mendetail, namun beberapa potongan materi tersebut bisa saja nyempil di salah satu mata kuliah jurusan teknik lingkungan.
Prospek kerja lulusan teknik lingkungan? Sebenarnya lulusan teknik lingkungan sangaaaaaat dibutuhkan di institusi pemerintahan, industri atau perusahaan manapun, selama industri atau perusahaan itu peduli untuk merasa butuh untuk tidak mengabaikan kepentingan lingkungan. Namun kini, setelah dikeluarkannya undang-undang baru dari pemerintah tentang AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan), hampir setiap industri (termasuk hotel dan rumah sakit) memiliki sistem pengelolaan dan pengolahan limbah. Nah, disinilah lulusan teknik lingkungan berperan. Eh, tapi jangan berpikir kalau bakal jadi seperti pemulung yang mengangkut sampah ya! Lulusan S1 teknik lingkungan berperan dalam hal manajemen sistem.
Prospek Lulusan Teknik Lingkungan
Lulusan teknik lingkungan dapat bekerja di berbagai bidang seperti :
1. Instansi pemerintah (tim ahli lingkungan hidup di departemen teknis maupun non teknis seperti PU, ESDM, Depdagri, Kimpraswil, PDAM, BAPEDALDA, Departeman Kelautan dan Perikanan, Pertamina, Kementerian Lingkungan Hidup, Dept. Kesehatan, Dept. Pertanian, Dept. Perindustrian & Perdagangan, Dept. Kehutanan)
2. LSM/NGO Lingkungan Hidup (WWF, WHO, WALHI, Greenpeace, dll)
3. Industri (Pada bagian Safety Health & Environment (SHE) dalam sebuah industri, lulusan Teknik Lingkungan dibutuhkan terutama sebagai environmental engineer/manager, misalnya pada industri migas & pertambangan (Schlumberger, Total, Chevron, KPC), industri makanan dan minuman (Indofood, Ultrajaya), industri lainnya)
4. Konsultan (konsultan AMDAL, konsultan perancangan bangunan pengolah air minm dan air limbah, dll)
Nah, kesimpulannya, salah besar apabila ada yang mengira bahwa jurusan teknik lingkungan lebih banyak mempelajari biologi. Pada kenyataannya, Fisika dan Matematika berperan 45% dari seluruh materi yang diajarkan. Namun, kreativitas tetap dituntut disini, bagaimana caranya mendesain suatu unit, alat atau sistem untuk karateristik daerah dan limbah tertentu agar tidak membahayakan lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas. Harapannya, lulusan teknik lingkungan dapat menciptakan keseimbangan antara produksi barang kebutuhan manusia yang bernilai optimal, dan limbah yang tidak akan mebahayakan lingkungan dan tidak mengancam keselamatan manusia. Mahasiswa teknik lingkungan belajar untuk memperhatikan sesuatu yang justru orang lain abaikan. Karena sesungguhnya apa yang terabaikan bisa jadi adalah hal yang patut untuk diperhatikan, seperti limbah.
Semoga pembaca semakin paham dan mengerti seperti apa itu jurusan teknik lingkungan, terutama untuk adik-adik SMA yang berniat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ingat, jangan sampai salah pengertian tentang jurusan ini ya! Semoga bermanfaat :)
Sabtu, 05 Juli 2014
Jumat, 04 Juli 2014
Kimia Lingkungan : Toksikologi lingkungan
TOKSIKOLOGI
LINGKUNGAN
Toksikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme
hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan kimia di lingkungan
sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis
kerja bidang tertentu. Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang
mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap
ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan
polutan yang ada di lingkungan.
Pencegahan keracunan memerlukan
perhitungan dari :
1. Toxicity : deskripsi dan
kuantifikasi sifat-sifat toksis zat kimia
2. Hazard : kemungkinan zat kimia untuk
menimbulkan cidera
3. Risk : besarnya kemungkinan zat
kimia menimbulkan karacunan
4. Safety : keamanan
- Senyawa Kimia Beracun
Toksisitas
senyawa kimia didefinisikan sebagai kemampuan senyawa kimia mengakibatkan
bahaya terhadap metabolism jaringan makhluk hidup. Racun yang berasal dari zat
atau senyawa kimia dapat berada di dalam lingkungan secara alamiah atau yang sengaja dibuat oleh
manusia. Harus diakui bahwa zat kimia beracun kebanyakan berasal dari aktivitas
manusia dan meliputi berbagai aspek kehidupan. Senyawa kimia beracun juga dapat
hadir di dalam lingkungan secara alamiah. Kehadiran zat kimia beracun alamiah
di dalam lingkungan diasumsikan akan selalu konstan,kecuali ditambah oleh
aktivitas manusia seperti penambahan logam beracun kedalam lingkungan oleh
kegiatan-kegiatan industry dan kemajuan teknologi. Pengaruh kehadiran berbagai
jenis zat kimia beracun tersebut di dalam lingkungan mungkin dapat diketahui
dengan cepat,akan tetapi pengaru negative pada umumnya baru diketahui setelah
masuknya zat kimia tersebut dalam jangka waktu cukup lama.
Kehadiran
zat kimia beracun alamiah mungkin dapat semakin meningkat atau bahkan semakin
menurun, tergantung kondisi lingkungan. Sebagai contoh, jumlah bakteri dan
jamur yang mengkotaminasi makanan saat ini mungkin semakin berkurang sesuai
dengan tersedianya peralatan yang dapat menjaga makanan terbebas dari bakteri
dan jamur. Akan tetapi perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini juga
memungkinkan akan munculnya species baru yang atahan terhadap berbagai
kondisi anti bakteri dan anti jamur baru
yang sangat immun terhadap berbagai jenis kondisi dapat meningkatkan jumlah
racun alamiah di dalam lingkungan. Beberapa senyawa kimia beracun alamiah dan
pengaruh toksiknya terhadapmakhluk hidup yang suda diidentifikasi seperti pada
tabeldi bawah ini :
NO
|
Jenis Racun
|
Kehadiran di
dalam
|
Pengaruh
Toksik
|
|
Pasti
|
Diduga
|
|||
1
|
Logam Pb, Hg, As, Sb, Cu, Cr, Mn, Se, Ni.
|
Air, makanan
dan debu atmisfer
|
Inhibitor
enzim, sel racun.
|
Karsigonenik,
Efekneurology.
|
2
|
Gas CO, NO2, SO2, SO3.
|
Sedikit do
atmosfer
|
Iritasi pada
paru-paru dan mata
|
|
3
|
Alkaloid, peptide, protein sterol.
|
Pada
sayuran,jumlah besar pada tumbuhan beracun
|
Efek toksik
|
|
4
|
Bakteri toksin
|
Di dalam
makanan terkontaminasi
|
Racun
|
|
5
|
Jamur toksin
|
Di
dalammakanan fermentasi
|
Keracunan hati
|
Karsinogenik
|
6
|
Radioaktif (bukan senyawa)
|
Di dalam
udara, air dan makanan dalam jumlah kecil.
|
Mutasi
|
Karsinogenik,
leukaemia.
|
- Senyawa Beracun dan Lingkungan
Keracunan
yang berasal dari zat atau senyawa kimia sudah dikenal sejak ratusan tahun
lalu. Misalnya racun yang berasal dari bisa ular, gigitan serangga dan dari
tanaman telah lama dikenal sehingga pengetahuan untuk menghindari keracunan
atau masuknya racun kedalam tubuh telah menjadi bagian strategi dari makhluk
hidup untuk bertahan hidup di dalam lingkungan. Study terhadap racun tanaman
untuk bahan obat telah dikembangkan sejak abad ke-19, dan pada saat ini
perhatian terhadap bahan kimia beracun ini selalu dihubungkan dengan fenomena
polusi lingkungan dan toksikologi. Secara umum jumlah zat kimia yang terdapat
di dalam lingkungan yang berasal dari
aktivitas manusia sangat sulit diketahui, namun dari berbagai sumber penggunaan
diperkirakan bahwa lingkungan suatu saat akan penuh dengan racun yang berasal
dari zat kimia seperti diilustrasikan pada tabel berikut :
Tabel.
Perkiraan zat kimia yang diperkenalkan ke lingkungan dalam berbagai jenis
sumber
Pengguna zat kimia
|
Diperkirakan
|
Julmah
|
Zat kimia
yang sudah diketahui dan diidentifikasi
|
Tahun 1997
|
>5 juta
|
Tahun 1985
|
>7 juta
|
|
Tahun 1994
|
>13 juta
|
|
Zat kimia baru yang ditemukan setiap tahun
|
>600.000
|
|
Zat kimia baru yang diperdagangkan setiap tahun
|
>1.000
|
|
Jumlah pestisida yang diproduksi
|
>2.000
|
|
Jumlah obat yang dipergunakan
|
>5.000
|
|
Jumlah aditif makanan yang dipergunakan
|
>7.000
|
|
Jumlah zat kimia yang umum dipergunakan
|
>50.000
|
|
Jumlah polutan yang mencemari lingkungan
|
Tidak
diketahui
|
- Pengaruh Racun Zat Kimia
Setiap
orang yang berhubungan dengan zat kimia harus membuat anggap sama seperti
Paracelsus, yaitu bahwa semua zat kimia beracun apabila tidak ditangani dengan
baik maka dengan sendirinya akan memberika efek racun dan potensi bahaya
terhadap makhluk hidup dan lingkungannya.
Masuknya racun ke dalam tubuh makhluk hidup dapat melalui berbagai cara
seperti melalui absirbsi, tertelan melalui mulut, terhirup dan lain-lain. Jalur
utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui
absorpsi, distribusi dan ekskresi pada paru-paru (pernapasan/inhalasi), kulit
(topikal), pencernaan (ingesti) dan injeksi.
1.
Absorpsi
Bahan
toksik akan diserap oleh tubuh melalui paru-paru, kulit dan saluran pencernaan
kemudian masuk ke dalam aliran darah dan sistem kelenjar getah bening. Bahan
toksik tersebut kemudian diangkut ke seluruh tubuh. Selain berbahaya tanpa
diabsorbsi, bahan toksik tersebut tajam dan menyebabkan karat (korosif) yang
bereaksi pada titik singgungnya.
a.
Via paru-paru
Faktor
yang berpengaruh pada absorpsi bahan toksik dalam sistem pernapasan adalah
bentuk bahan misalnya gas dan uap; aeroso; dan ukuran partikel; zat yang
terlarut dalam lemak dan air. Paru-paru dapat mengabsorbsi bahan toksik dalam
jumlah besar karena area permukaan yang luas dan aliran darah yang cepat.
b.
Via kulit
Kulit
terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan terluar), dermis (lapisan
tengah) dan hypodermis (lapisan paling dalam). Epidermis dan dermis berisi
keringat, kantung minyak dan akar rambut. Bahan toksik paling banyak
terabsorbsi melalui lapisan epidermis. Absorbsi bahan toksik melalui epidermis
tergantung pada kondisi kulit, ketipisan kulit, kelarutannya dalam air dan
aliran darah pada titik singgung. Akibat bahan toksik antara lain pengikisan
atau pertukaran lemak pada kulit yang terekspos dengan bahan alkali atau asam
dan pengurangan pertahanan epidermis.
c.
Via saluran pencernaan
Absorbsi
bahan toksik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan (gastro-intestinal
tract). Faktor yang mempengaruhi terjadinya absorbsi adalah sifak kimia dan
fisik bahan tersebut serta karakteristiknya seperti tingkat keasaman atau
kebasaan.
2.
Distribusi
Setelah
absorbsi bahan toksik terjadi, maka bahan tersebut didistribusikan ke seluruh
tubuh melalui darah, kelanjar getah bening atau cairan tubuh yang lain oleh
darah. Distribusi bahan beracun tersebut :
Disimpan dalam tubuh pada hati, tulang dan
lemak-
- Dikeluarkan
melalui feses, urine atau pernapasan Mengalami biotransformasi- atau metabolisme dimana bentuk akhirnya
lebih siap dikeluarkan
3.
Ekskresi
Ekskresi
bahan toksik dapat terjadi melalui hembusan udara atau pernapasan, dan dari
sekresi melalui keringat, air susu, feses dan urine. Toksikan dikeluarkan dalam
bentuk asal, sebagai metabolit dan atau konjugat.
a.
Ekskresi urin
Ginjal
membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa dengan mekanisme yang
digunakan untuk membuang hasil akhir metabolisme faali, yaitu dengan filtrasi
glomerulus, difusi tubuler dan sekresi tubuler.
b.
Ekskresi empedu
Hati
juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi toksikan, terutama untuk
senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation), konjugat yang terikat pada
protein plasma, dan senyawa yang BM-nya lebih besar dari 300. Pada umumnya
begitu senyawa ini berada dalam emped, senyawa ini tidak akan diserap kembali
ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses. Tetapi ada pengecualian, misalnya
konugat glukuronoid yang dapat dihidrolisis oleh flora usus menjadi toksikan
bebas yang diserap kembali.
c.
Paru-paru
Zat
yang berbentuk gas pada suhu badan terutama diekskresikan lewat paru-paru.
Cairan yang mudah menguap juga dengan mudah keluar lewat udara ekspirasi.
Cairan yang mudah larut misalnya kloroform dan halotan mungkin diekskresikan
sangat lambat karena ditimbun dalam jaringan lemak dan karena terbatasnya
volume ventilasi. Ekskresi toksikan melalui paru-paru terjadi karena difusi
sederhana lewat membran sel.
d.
Jalur lain
Saluran
cerna bukan jalur utama ekskresi toksikan. Oleh karena lambung dan usus manusia
masing-masing mesekresi kurang lebih tiga liter cairan setiap hari, maka
beberapa toksikan dikeluarkan bersama cairan tersebut. Hal ini terjadi terutama
lewat difusi sehingga lajunya bergantung pada pKa toksikan dan pH lambung dan
usus. Ekskresi toksikan lewat air susu ibu (ASI), ditinjau dari sudut
toksikologi amat penting karena lewat air susu ibu ini racun terbawa dari ibu
kepada bayi yang disusuinya. Ekskresi ini terjadi melalui difusi sederhana.
Oleh karena itu seorang ibu yang sedang menyusui harus berhati-hati dalam hal
makanan terutama kalau sedang mengkonsumsi obat.
Racun
yang berasal dari zat kimia umumnya mempunyai pengaruh local dan sistematik.
Pengaruh local adalah pengaruh zat
kimia secara local (daerah tertentu) yang diakibatkan oleh adanya kontak
langsung zat kimia dengan objek (bagian tubuh makhluk hidup),misalnya kebakaran
kulit oleh kehadiran asam kuat atau basa kuat. Sedangkan pengaruh sistematik adalah pengaruh yang
diakibatkan oleh zat kimia yang menyebar ke berbagai bagian tubuh maikhluk
hidup yang disebabkan oleh absorbsi zat kimia ke dalam bagian tubuh, misalnya
pengaruh keracunan yang disebabkan oleh masuknya merkuri atau timbale ke dalam
tubuh yang dapat mempengaruhi berbagai jenis target di dalam tubuh makhluk
hidup dan manusia.
Pengaruh
sistematik dapat berupa pengaruh akut dan pengaruh kronik. Pengaruh akut adalah keracunan yng berlangsung sangat cepat oleh
kehadiran zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup, sedangkan pengaruh kronik adalah keracunan yang
berlangsung sangat lambat oleh kehadirn zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup
dan pengaruh ini baru diketahui setelah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pengaruh akut sangat mudah mudah dikenali karena kehadiran zat kima ke dalam tubuh
akan langsung memberikan dampak negative berupa luka, terbakar, sakit, atau
gejala lainnya yang berlangsung sangat cepat. Akan tetapi pengaruh kronik
sangat sulit untuk dikenali karena berlangsungnya lambat, yaitu meembutuhkan
waktu yang lamamulai dari masuknya zat kedalam tubuh sampai terjadinya gejala
penyakit dan sakit yang diakibatkan oleh racun tersebut.
Sebagai
contoh, pengaruh sistematik akut dapat dilihat
melalui perbandingan pengaruh beberapa zat kimia yang masuk ke dalam
tubuh manusia,yaitu masuknya sianida ke
dalamtubuh dapat mengakibatkan kematian hanya beberap detik saja, masuknya gas
CO pada konsentrasi tertentu akan dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Sedangkan
kehadiran zat kimia lain seperti parathion ke dalam tubuh akan dapat
mrngakibatkan kematian setelah beberapa jam, sementaran konsumsi thalium akan
mengakibatkan kematian setelah beberapa hari. Keracunan sistematik yang akut
dapat juga tidak diprngsruhi fatal terhadap makhluk hidup karena hanya
memberikan luka pada bagian organ tubuh. Selain jenis zat kimia, pengaruh akut
zat kmia ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi zat kimia yang masuk ke
dalam tubuh sehingga pada dosis yang aman maka makhluk hidup akan terhindar
dari keracunan, sementara pada dosis diluar ambang batas akan mengakibatkan
efek racun.
- Ukuran Toksisitas Zat Kimia
Untuk
menyatakan ukuran daya racun suatu zat kimia, maka perlu diketahui
ukuran-ukuran toksisitas untuk zat kimia. Saecara internasional, ukuran
toksisita zat kimia dapat dinyatakan dalam berbagai cara seperti lethal dose 50
% (LOD50), fatal dose, letal oral dose 50% (LOD50) , dan
threshold limit values (TLV). Untuk
memberi gambaran tentang pengukuran toksisitas zat kimia maka berikut ini
dijelaskan secara singkat ukuran toksisitas zat kimia dan cara penentuannya.
1.
Lethal
Dose 50% (LD50)
Lethal
dose 50% (LD50) yaitu disis zat kimia yang akan membunuh sebanyak
50% dari populasi yang dapat kontak langsung
dengan zatb kimia yang dicobakan. Ukuran LD50 adalah
berdasarkan berat tubuh dan dinyatakan dalm bentuk unit mg/kg (milligram racun
per kilogram berat badan makhluk hidup).
Beberapa kelemahan dari ukuran LD50 adalah ditemukan
kenyataan bahwa besar LD50 masih tergantung pada jenis species makhluk hidup yang menjadi
objek percobaan. Dengan demikian ukuran LD50 untuk tikus akan
berbeda dari ukuran LD50 untuk kelinci atau binatang pengerat yang
lainnya. Namun demikian ukuran LD50 digunakan sebagai perbandingan
umum tentang potensi racun yang dimiliki oleh zat kimia terhadap makhluk hidup
sehingga manusia dapat menghindarkan bahaya yang disebabkan oleh daya racun
yang dimiliki oleh zat kimia. Ukuran LD50 dapat juga disebut sebagai
LD50 rendah atau LD50 tinggi, yaitu berbagai untuk
menggambarkan potensi rendah dan tingginya daya racun suatu zat kimia di dalam
tubuh makhluk hidup, sehingga informasi LD50 yang dimiliki zat kimia
tersebut. Beberapa contoh LD50 dari beberapa senyawa kimia yang
sering ditemukan di dalam lingkungan diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel.
Besaran LD50 beberapa senyawa kimia terhadap makhluk hidup
LD50
(mg/kg)
|
Nama senyawa
alamiah
|
Nama senyawa
sintetik
|
>10.000.000
1000
100
1
10-2
10-5
|
Gula pasir
Garam, etanol,
phyretrin
Kafein
Nikotin
Bisa ular
Tetanus
|
-
Malathion, glyphospate, aspirin
DDT, codeine, paracetamol
Strychnine
-
-
|
Penentuan
LD50 dapat dilakukan dengan membuat perlakuan terhadap sekelompok
hewan percobaan seperti tikus, kelinci dan hewan lain dengan memberikan dosis
zat kimia bervariasi (perkalian) misalnya 1x, 2x, 4x, 8x dan seterusnya 9mg zat
kimia per kg berat badan), dan sebagai control dibuat sekelompok hewan yang tidak diberikan zat kimia.
2.
Dosis
Fatal
Dosis
fatal (fatal dose) adalah jumlah zat kimia (mg) yang diperkirkirakan akan dapat
membunuh satu species,misalnya tikus, kelinci, hewan atau manusia. Dosis fatal
dibuat berdasarkan jenis species dan individu makhluk hidup dengan melihat
kenyataan bahwa masing-masing makhluk hidup akan memiliki system fisiologi yang
berbeda terhadap racun zat kimia, sehingga penentuan ukuran toksisitas zat
kimia juga sulit dibuat akurat. Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa species
makhluk hidup akan memberikan respon bervariasi terhadap zat kimia, yaitu ada
makhluk hidup yang sensitive terhadap zat kimia tertentu dan ada juga makhluk
hidup yang memiliki kekebalan terhadap zat kimia yang sama, bahkan zat kimia
tersebut tidak memberikan efek pada system fisiologi tubuhnya.
3.
Lethal
Oral Dose (LOD50)
LOD50
adalah toksisitas zat kimia dapat juga diukur dengan cara memberikan zat kimia
melalui oral kepada makhluk hidup. Pengukuran toksisitas secara LOD50
hampir sama dengan LD50, bedanya adalah dalam hal masuknya zat kimia
tersebut kedalam tubuh makhluk hidup melalui mulut. Besarnya LD50
dan LOD50 pada species makhluk hidup dapat dibandingkan sehingga
ukuran LOD50 yang diperoleh pada makhluk hidup tertentu langsung
dianggap sebagai LD50, dan berlaku sebaliknya. Ukuran LD50
dan LOD50 zat kimia tertentu
terhadap makhluk hidup juga dapat bervariasi dalam species yang sama atau
species yang berbeda.
Tabel.
Ukuran toksisitas beberapa senyawa kimia berdasarkan LD50 dan dosis
fatal
Tingkat
toksisitas
|
LDD50
|
Dosis Fatal
|
Contoh Senyawa
|
6 (super
beracun)
5 (sangat
sangat beracun)
4 (sangat
bercun)
3 (beracun)
2 (sedikit
beracun)
1 (tidak beracun)
|
<5 mg/kg
5-50 mg/kg
50-500 mg/kg
500-5000 mg/kg
5-15 g/kg
>15 g/kg
|
Few drops
0.3 – 3.0 g
3 – 30 g
30 – 300 g
>300 g
>1 kg
|
Sianida
Timbale
Phenol
Methanol
Ethanol
Foods
|
4.
Threshold
Limit Values (TLV)
TLV
adalah ukuran rata-rata maksimum kadar (ppm) senyawa kimia yang aman dari
keracunan zat kimia di atmosfer yang
dapat masuk kedalam tubuh manusia selama 8 jam berturut-turut dalam satu hari kerja. Dalam hal ini diperoleh
kepastian bahwa dengan harga TLV zat kimia tertentu bahwa setiap orang yang
bekerja selam 8 jam dalam sehari dan berhubungan dengan zat kimia tersebut
diharapkan tidak akan menderita suatu penyakit, dengan kata lain pekerja
kesehatannya akan aman bila berhubungan dengan zat kimia tersebut. Pengukuran
TLV biasanya dilakukan di lingkungan kerja industry, akan tetapi pengukuran ini
juga dapat diterapkan terhadap kondisi lingkungan. American Conference of
Governmental Industrial Hygeniests (ACGIH) membagi TLV berdasarkan lingkungan
kerja seperti berikut :
a. Threshold
Limit Value-Time Weighted Average (TLV-TWA)
Yaitu, konsentrasi yang aman
diperbolehkan untuk dihirup pekerja selama 8 jam berturut-turut selama seminggu
atau 40 jam selama satu minggu.
b. Threshold
Limit Value-Ceiling (TLV-C)
Yaitu konsentrasi zat kimia tertentu
yang tidak dapat melebihi pada langit-langit, dan dibuat sebagai batas absolute
yang aman bagi pekerja di dalam ruangan .
c. Threshold
Limit Value-Short-Term Exposure Limit (TLV-STEL)
Yaitu konsentrasi zat kimia maksimum
yang diperbolehkan dihirupoleh pekerja dalam jangka waktu sangat singkat 15
menit berturut-turut selama satu hari, dimana setiap pekerja tidak akan
mengalami bahayanya seperti iritasi, luka atau pingsan oleh zat kimia tersebut.
5.
Ukuran
Toksisitas Lain pada MSDS
Ukuran
toksisitas zat lain yang harus disertakan pada material safety data sheet
(MSDS) oleh pabrik kimia yang diperdagangkan adalah :
a. Lethal
Consentration 50 (LC50)
Yaitu
konsentrasi zat kimia di udara berdasarkan percobaan laboratorium yang diduga
akan membunuh 50% hewan percobaan bila dihirup pada jangka waktu periode
tertentu.
b. Lethal
Consentration Low (LC LO)
Yaitu
menyatakan konsentrasi terrendah zat kimia di udara yang dapat membunuh manusia
atau binatang bila dihirup selama periode tertentu, misalnya 24 sebagai senywa
akut atau lebih sebagai subakut dan kronik.
c. Toxic
Consentration Low (TCLO)
Yaitu
konsentrasi terrendah zat kimia tertentu di udara yang dapat dijangkau oleh
manusia dan binatang yang dapat menimbulkan efek racun atau dapat mengakibatkan
tumor pada manusia dan hewan.
d. Toxic
Dose Low (TDLO)
Yaitu
dosis tereandah senyawa kimia tertentu yang masuk ke dalam tubuh manusia atau
hewan pada jangka waktu tertentu akan memberikan efek racun atau menimbulkan
tumor dan menggangguketurunan pada manusia dan hewan.
- Pengaruh Toksisitas Sistemik Kronik
Pengaruh
toksisitas sistematik kronik adalah pengaruh racun yang diakibatkan oleh
kehadiran zat kimia dalam jumlah kecil dalam jangka waktu yang cukup lama.
Gejala yang ditimbulkan dari racun yang bersifat kronik ini baru timbul setelah
berlangsung dalam jangka waktu yang relative lama. Misalnya beberapa tahun
setelah kontak atau mengkonsumsi zat kimia tersebut, sehingga sering kali dalam
diagnosisnya nama zat kimia yang menjadi penyebabnya sulit ditelusuri. Beberapa
senyawa yang mempunyai efek kronik digolongkan sebagai senyawa karsinogenik,
mutagenic, teratogenik dan sensitisers.
1. Karsinogenik
Karsinogenik
adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan penyakit kanker. Senyawa
karsinogenik diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Karsinogenik
Tipe I
Yaitu
senyawa kimia yang sudah pasti diketahui menyebabkan kanker pada manusia,
misalnya asbestos, senyawa aromatis.
b. Karsinogenik
Tipe II,
Yaitu
senyawa kimia yang diketahui sudah pasti menyebabkan kanker kepada hewan dan
diduga akan mengakibatkan kanker pada manusia, misalnya formaldehida.
c. Karsinogenik
Tipe III
Yaitu
senyawa kimia yang perlu dipertimbangkan dan diduga memiliki potensi akan
mengakibatkan kanker akan tetapi belum cukup data untuk meyakinkannya,misalnya
kloroform.
2. Mutagenic
Mutagenic
adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan perubahan kimia bahan genetic
(DNA) di dalaminti sel (nucleus). Efek mutagenic mungkin tidak atau belum nyata
terlihat kepada individu yang terkena senyawa mutagenic tersebut, akan tetapi
perubahan DNA (mutasi) akan dapat mengakibatkan pengaruh terhadap generasi
berikutnya, misalnya terjadinya cacat lahir atau penyakit genetic lainnya pada
keturunan pertama atau generasi berikutnya.
3. Terotogenik
Terotogenik
adalah senyawa kimia yang dapat merusak janin yang mengakibatkan kelainan
(cacat lahir). Beberapa senyawa yang diduga memiliki efek teratogenik di dalam lingkungan
diantaranya adalah senyawa dioksin yang dihasilkan dari pembakaran sampah,
senyawa organic merkuri yang terbentuk dari limbah merkuri, dan karbon
monoksida yang dihasilkan dari mesin industry
dan kenderaan bermotor.
4. Sensitizer
Sensitizer
adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan alergi terhadap individu tertentu
namun keberadaan senyawa itu ditoleransi oleh sebagian besar populasi di
dalamlingkungannya. Contoh dari efek sensitizer adalah terjadinya gejala berupa
gatal-gatal, asma, sakit kepala, atau bahkan ada yang pingsanoleh kehadiran
senyawa penisilin atau racun di dalam tubuh. Beberapa senyawa lain yang dapat
dikategorikan sebagai senyawa sensitizer adalah formaldehida (HCHO) yang
terdapat di dalam plastic, kertas dan lem. Senyawa lain seperti isosianat yang
terdapat di dalam cat, pelingkut dan produk busa plastic juga dikategorikan sebagai
senyawa sensitizer.
- Identifikasi Senyawa Beracun
Beberapa
cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi zat beracun dan karsinogenik adalah
melalui struktur kimia. Harus diakui bahwa sangat sulit untuk memastikan apakah
suatu senyawa kimia bersifat racun, karsinogenik atau bahkan tidak memberika
efek. Ada pedoman umum yang dibuat melalui pengelompokan zat kimia sebagai
berikut :
1. Senyawa
Beracun Akut
Yaitu
hampir semua senyawa halogen beracun seperti brom,klor, flor dan iodium.
Senyawa sianida dan nitril (golongan –CN) bersifat racun aktif seperti hydrogen
sianida, hydrogen sulfide, dan nitrogen dioksida bersifat racun akut.
2. Senyawa
Beracun Kronis
Yaitu
hampir semua logam berat seperti arsen, cadmium, merkuri diketahui bersifat
racun kronis. Golongan senyawa lain seperti
vynil klorida, dan asbestos
bersifat racun kronis.
3. Senyawa
Karsinogen
Yaitu
hampir semua senyawa alkil seperti alfa-halo-eter, sulfonat, epoksida,
elektrofil alkena dan alkuna, semua senyawa organohalogen, hidrazin, N-nitroso,
amina aromatic, hidrokarbon aromatic, dan banyak senyawa alamiah.
Langganan:
Postingan (Atom)