Jokowi vs Prabowo, Siapa Yang Lebih Berambisi Jadi Presiden?
Pasca
penunjukkan Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), serangan terhadap Jokowi pun
mulai berdatangan. Serangan paling keras datang dari calon presiden Partai
Gerindra, Prabowo. Mulai dari penyebaran perjanjian Batu Tulis hingga
sindiran-sindiran keras yang kerap dilontarkan Prabowo. Meskipun tidak pernah
mengklarifikasi kepada siapa serangan tersebut ditujukan tapi publik sudah
mengetahui bahwa serangan itu ditujukan kepada Jokowi.
Melihat situasi ini, saya menjadi bertanya-tanya kenapa reaksi Prabowo seperti
itu. Dibandingkan calon presiden lainnya yang tetap terlihat tenang, reaksi
Prabowo sangat berlebihan. Dari latar belakang beliau yang seorang militer,
seharusnya sikap jantan dan kesatria-lah yang harus ditunjukkan. Kalau beliau
tidak setuju, tunjukkan dengan kritik yang baik. Bukan dengan menyindir. Justru
sindiran tersebut dapat menjadi bumerang bagi dirinya sendiri karena publik
jadi mengetahui bahwa calon presidennya ternyata tidak siap bersaing. Jika pada
tahap Pemilu saja sudah seperti ini, bagaimana jika terpilih nanti.
Dari beberapa artikel di media massa online saya coba mengumpulkan beberapa hal
yang menurut saya dapat menentukan tingkat ambisius seorang calon presiden.
Yang pertama adalah Jokowi. Mengutip dari wikipedia, Jokowi adalah sosok rakyat
biasa yang kemudian sukses menjadi pengusaha furniture di Solo. Pada tahun 2005
beliau terpilih sebagai Walikota Solo. Dibawah kepemimpinannya Solo berubah
menjadi kota pariwisata, budaya, batik dan tempat penyelenggaraan berbagai
event internasional. Pemindahan pedagang kaki lima yang dilakukan dengan
manusiawi membuat dirinya semakin terkenal sehingga pada tahun 2010 beliau
terpilih lagi menjadi Walikota Solo dengan perolehan suara hingga 90%. Pada
tahun 2012, beliau ditunjuk PDIP menjadi calon gubernur DKI Jakarta dan
kemudian terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Pada tanggal
14 Maret 2014, PDIP kembali menunjuk Jokowi namun kali ini sebagai calon
presiden dari PDIP. Jokowi pun menyanggupi penunjukkan ini. Penunjukkannya
sebagai calon presiden dari PDIP sontak menjadi pemberitaan nasional dan
internasional. Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan dan Rupiah ikut menguat
beberapa menit setelah penunjukkan Jokowi.
Prabowo Subianto adalah seorang mantan Danjen Kopassus, pengusaha, politisi dan
anak dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Mengutip dari
wikipedia, Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi, anak Presiden
Soeharto. Namun pernikahan tersebut berakhir pasca Soeharto mundur dari jabatan
Presiden Republik Indonesia. Prabowo mengawali karier militernya pada tahun
1970 dengan mendaftar di Akademi Militer Magelang dan lulus pada tahun 1974
bersamaan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia saat
ini. Pada tahun 1996, Prabowo Subianto yang menjabat Komandan Kopassus memimpin
operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa
10 dari 12 peneliti Ekspediti Lorentz ‘95 yang disekap oleh Organisasi Papua
Merdeka. 5 orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia,
sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman.
Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia yang terdiri dari anggota
Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI dan diprakasai oleh Prabowo berhasil
mengibarkan bendera merah putih di Puncak Everest, puncak tertinggi dunia
setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal.
Pada tahun 1997, Prabowo difitnah sebagai salah satu dalang penculikan terhadap
sejumlah aktivis pro-reformasi menjelang Pemilihan Umum tahun 1997 dan Sidang
Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 1998. Prabowo sendiri mengakui
memerintahkan Tim Mawar untuk melakukan penangkapan kepada sembilan orang
aktivis sesuai perintah atasan dan menganggapnya sebagai tindakan yang benar
dalam pandangan rezim saat itu. Namun demikian, Prabowo belum diadili atas
kasus tersebut walau sebagian anggota Tim Mawar sudah dijebloskan ke penjara.
Walaupun soal penculikan baru sebatas praduga, sebagian korban dan keluarga
korban penculikan 1998 masih menganggap Prabowo dalang penculikan dan belum
memaafkan Prabowo dan masih terus melanjutkan upaya hukum. Sebagian berupaya
menuntut keadilan dengan mengadakan aksi ‘diam hitam kamisan’, aksi demonstrasi
diam di depan Istana Negara setiap hari Kamis. Sebagian lagi telah bergabung
dengan kepengurusan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), bahkan duduk di
DPR RI. Pada Mei 1998, menurut kesaksian Presiden Habibie dan purnawirawan
Sintong Panjaitan, Prabowo melakukan insubordinasi dan berupaya menggerakkan
tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Habibie untuk kudeta. Karena
insubordinasi tersebut ia diberhentikan dari posisinya sebagai Panglima Kostrad
oleh Wiranto atas instruksi Habibie.
Setelah meninggalkan karier militernya, Prabowo memilih untuk mengikuti karier
adiknya Hashim Djojohadikusumo, menjadi pengusaha. Pada Pilpres 2009, Prabowo
ialah cawapres terkaya, dengan total aset sebesar Rp 1,579 Triliun dan US$ 7,57
juta, termasuk 84 ekor kuda istimewa yang sebagian harganya mencapai 3 Milyar
per ekor. Kekayaannya ini besarnya berlipat 160 kali dari kekayaan yang dia
laporkan pada tahun 2003. Kala itu ia hanya melaporkan kekayaan sebesar 10,153
Milyar.
Prabowo memulai kembali karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai calon
presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai
putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh
Wiranto. Pada tahun 2008 Partai Gerindra mulai menyatakan Prabowo sebagai calon
presiden. Namun karena perolehan suara Gerindra pada pemilu 2009 kurang dari
20% maka Gerindra berkoalisi dengan PDIP mengusung Megawati dan Prabowo sebagai
calon presiden dan calon wakil presiden. Namun akhirnya pasangan ini kalah dari
pasangan SBY-Boediono. Pada pemilu 2014 ini, Gerindra semakin gencar mengusung
Prabowo sebagai calon presiden. Pada saat kampanye akbar di Gelora Bung Karno
beberapa waktu lalu, Prabowo tampil menaiki kudanya yang berharga Rp 3 milyar,
mengenakan keris dan menyampaikan pidato politiknya yang didalamnya berisi
pantun sindiran terhadap Jokowi.
Melihat latar belakang dan catatan karir politik kedua tokoh tersebut tampak
bahwa Prabowo lebih berambisi menjadi Presiden sejak tahun 2004. Sedangkan
Jokowi dalam menduduki setiap jabatan hampir selalu dimulai dengan penunjukkan
partainya yaitu PDIP, bukan mengajukan diri. Mungkin sebagian menilai ini
hanyalah strategi politik semata. Ada yang terus terang dan langsung
berkampanye sebagai calon presiden, namun ada pula yang memulai dengan jabatan
sebagai kepala daerah.
Pada pemilu kali ini, saya kira masyarakat lebih pandai menilai terhadap setiap
calon presiden yang diajukan oleh partai politik. Setiap calon memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jokowi dianggap sebagian kalangan
mengingkari janjinya untuk menuntaskan tugas sebagai Gubernur DKI. Tapi
sebagian kalangan juga berharap Jokowi menjadi presiden karena rekam jejaknya
yang bersih, sederhana dan merupakan figur pemimpin yang berani terjun ke bawah
dan mendengarkan aspirasi masyarakat secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan
berbagai hasil survey yang menempatkan Jokowi di posisi puncak.
Prabowo dengan latar belakang militernya dianggap memiliki jiwa kepemimpinan
yang kuat dan tegas. Prestasinya dibidang militer pada era Orde Baru dan
kesuksesannya menjadi pengusaha dianggap sebagai modal besar untuk menjadi
seorang pemimpin. Namun sejarah juga menunjukkan catatan kelam atas
keterlibatannya terhadap penculikan aktivis di era Orde Baru, pelanggaran HAM
dan rencana kudeta terhadap Presiden Habibie pada saat itu.
sumber : kompasiana
Melihat situasi ini, saya menjadi bertanya-tanya kenapa reaksi Prabowo seperti itu. Dibandingkan calon presiden lainnya yang tetap terlihat tenang, reaksi Prabowo sangat berlebihan. Dari latar belakang beliau yang seorang militer, seharusnya sikap jantan dan kesatria-lah yang harus ditunjukkan. Kalau beliau tidak setuju, tunjukkan dengan kritik yang baik. Bukan dengan menyindir. Justru sindiran tersebut dapat menjadi bumerang bagi dirinya sendiri karena publik jadi mengetahui bahwa calon presidennya ternyata tidak siap bersaing. Jika pada tahap Pemilu saja sudah seperti ini, bagaimana jika terpilih nanti.
Dari beberapa artikel di media massa online saya coba mengumpulkan beberapa hal yang menurut saya dapat menentukan tingkat ambisius seorang calon presiden.
Yang pertama adalah Jokowi. Mengutip dari wikipedia, Jokowi adalah sosok rakyat biasa yang kemudian sukses menjadi pengusaha furniture di Solo. Pada tahun 2005 beliau terpilih sebagai Walikota Solo. Dibawah kepemimpinannya Solo berubah menjadi kota pariwisata, budaya, batik dan tempat penyelenggaraan berbagai event internasional. Pemindahan pedagang kaki lima yang dilakukan dengan manusiawi membuat dirinya semakin terkenal sehingga pada tahun 2010 beliau terpilih lagi menjadi Walikota Solo dengan perolehan suara hingga 90%. Pada tahun 2012, beliau ditunjuk PDIP menjadi calon gubernur DKI Jakarta dan kemudian terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Pada tanggal 14 Maret 2014, PDIP kembali menunjuk Jokowi namun kali ini sebagai calon presiden dari PDIP. Jokowi pun menyanggupi penunjukkan ini. Penunjukkannya sebagai calon presiden dari PDIP sontak menjadi pemberitaan nasional dan internasional. Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan dan Rupiah ikut menguat beberapa menit setelah penunjukkan Jokowi.
Prabowo Subianto adalah seorang mantan Danjen Kopassus, pengusaha, politisi dan anak dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Mengutip dari wikipedia, Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi, anak Presiden Soeharto. Namun pernikahan tersebut berakhir pasca Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Prabowo mengawali karier militernya pada tahun 1970 dengan mendaftar di Akademi Militer Magelang dan lulus pada tahun 1974 bersamaan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia saat ini. Pada tahun 1996, Prabowo Subianto yang menjabat Komandan Kopassus memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspediti Lorentz ‘95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka. 5 orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman. Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI dan diprakasai oleh Prabowo berhasil mengibarkan bendera merah putih di Puncak Everest, puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal.
Pada tahun 1997, Prabowo difitnah sebagai salah satu dalang penculikan terhadap sejumlah aktivis pro-reformasi menjelang Pemilihan Umum tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 1998. Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk melakukan penangkapan kepada sembilan orang aktivis sesuai perintah atasan dan menganggapnya sebagai tindakan yang benar dalam pandangan rezim saat itu. Namun demikian, Prabowo belum diadili atas kasus tersebut walau sebagian anggota Tim Mawar sudah dijebloskan ke penjara. Walaupun soal penculikan baru sebatas praduga, sebagian korban dan keluarga korban penculikan 1998 masih menganggap Prabowo dalang penculikan dan belum memaafkan Prabowo dan masih terus melanjutkan upaya hukum. Sebagian berupaya menuntut keadilan dengan mengadakan aksi ‘diam hitam kamisan’, aksi demonstrasi diam di depan Istana Negara setiap hari Kamis. Sebagian lagi telah bergabung dengan kepengurusan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), bahkan duduk di DPR RI. Pada Mei 1998, menurut kesaksian Presiden Habibie dan purnawirawan Sintong Panjaitan, Prabowo melakukan insubordinasi dan berupaya menggerakkan tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Habibie untuk kudeta. Karena insubordinasi tersebut ia diberhentikan dari posisinya sebagai Panglima Kostrad oleh Wiranto atas instruksi Habibie.
Setelah meninggalkan karier militernya, Prabowo memilih untuk mengikuti karier adiknya Hashim Djojohadikusumo, menjadi pengusaha. Pada Pilpres 2009, Prabowo ialah cawapres terkaya, dengan total aset sebesar Rp 1,579 Triliun dan US$ 7,57 juta, termasuk 84 ekor kuda istimewa yang sebagian harganya mencapai 3 Milyar per ekor. Kekayaannya ini besarnya berlipat 160 kali dari kekayaan yang dia laporkan pada tahun 2003. Kala itu ia hanya melaporkan kekayaan sebesar 10,153 Milyar.
Prabowo memulai kembali karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto. Pada tahun 2008 Partai Gerindra mulai menyatakan Prabowo sebagai calon presiden. Namun karena perolehan suara Gerindra pada pemilu 2009 kurang dari 20% maka Gerindra berkoalisi dengan PDIP mengusung Megawati dan Prabowo sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Namun akhirnya pasangan ini kalah dari pasangan SBY-Boediono. Pada pemilu 2014 ini, Gerindra semakin gencar mengusung Prabowo sebagai calon presiden. Pada saat kampanye akbar di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu, Prabowo tampil menaiki kudanya yang berharga Rp 3 milyar, mengenakan keris dan menyampaikan pidato politiknya yang didalamnya berisi pantun sindiran terhadap Jokowi.
Melihat latar belakang dan catatan karir politik kedua tokoh tersebut tampak bahwa Prabowo lebih berambisi menjadi Presiden sejak tahun 2004. Sedangkan Jokowi dalam menduduki setiap jabatan hampir selalu dimulai dengan penunjukkan partainya yaitu PDIP, bukan mengajukan diri. Mungkin sebagian menilai ini hanyalah strategi politik semata. Ada yang terus terang dan langsung berkampanye sebagai calon presiden, namun ada pula yang memulai dengan jabatan sebagai kepala daerah.
Pada pemilu kali ini, saya kira masyarakat lebih pandai menilai terhadap setiap calon presiden yang diajukan oleh partai politik. Setiap calon memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jokowi dianggap sebagian kalangan mengingkari janjinya untuk menuntaskan tugas sebagai Gubernur DKI. Tapi sebagian kalangan juga berharap Jokowi menjadi presiden karena rekam jejaknya yang bersih, sederhana dan merupakan figur pemimpin yang berani terjun ke bawah dan mendengarkan aspirasi masyarakat secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan berbagai hasil survey yang menempatkan Jokowi di posisi puncak.
Prabowo dengan latar belakang militernya dianggap memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dan tegas. Prestasinya dibidang militer pada era Orde Baru dan kesuksesannya menjadi pengusaha dianggap sebagai modal besar untuk menjadi seorang pemimpin. Namun sejarah juga menunjukkan catatan kelam atas keterlibatannya terhadap penculikan aktivis di era Orde Baru, pelanggaran HAM dan rencana kudeta terhadap Presiden Habibie pada saat itu.
sumber : kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar